Rabu, 29 Oktober 2008

WHAT DO WE LIVE FOR? (Part #2)

Hi. See you again. Actually I wanted to write this weekend, but I couldn’t wait to see you again, So here I am.

Dou you still remember what we should do in our life? Yes. We should live, love, learn, and leave a legacy. I have discussed two of them, right? Now let me talk about the other two.

Learn (belajar)

Belajar disini berarti usaha memperbaiki diri. Untuk memperbaiki diri kita bisa berguru dari apapun, atau siapapun. Apapun bisa kita jadikan sumber ajar. Disamping sekolah, kursusan, printed dan electronic media, kita bisa juga bisa belajar dari apa yang kita lihat atau alami setiap hari: dari kegagalan kita, dari kesalahan kita, dari kelalaian kita, ataupun dari hasil tindakan kita.

Alam juga bisa memberikan kita very good examples. Ombak yang tak berhenti bergulung mengajarkan kita untuk bekerja dengan rajin dan setia. Air yang bermuara mencontohi kita bahwa everything has an end, jadi ketika kita sedang menikmati kesenangan, kita siap jika kesenangan itu harus berakhir; sebaliknya kalau kita sedang bersusah, kita optimis bahwa senang akan menjelang mengakhiri derita.

Akar tumbuhan yang menjalar kemana2, daun yang selalu mengejar sinar matahari memberi kita inspirasi untuk menemukan banyak cara penyelesaian masalah. There is always another way to Rome, kata pepatah. Tidak hanya dari apapun kita bisa belajar, tetapi juga dari siapapun. Orang yang lebih tua dari kita biasanya mengajari kita, dan kita menurut. Apakah anda juga mau diajari oleh yunior anda atau oleh anak kecil? Belum tentu kita lebih tahu dari junior kita. Mungkin kita tahu banyak hal tapi baru sedikit. Tidak ada ruginya menimba ilmu dari orang muda yang tahu banyak dari satu atau dua hal. Sebaiknya kita tidak usah melihat siapa ’guru’ kita. Asalkan ajarannya baik tuk perbaiki diri kita, ikuti aja. Jangan biarkan ego mengontrol kita. Jangan jaim, gitu lho, karena jaim pangkal rugi buesaaar. Pokoknya syukuri hidup dengan mengisinya dengan belajar teruuus supaya menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari. Gratis kok. Modalnya hanya kemauan dan kerendahan hati untuk berubah. Ya Allah berilah saya kemampuan untuk mengubah apa-apa yang bisa saya ubah. Dan berilah pula saya kemampuan untuk ikhlas menerima apa-apa yang tidak bisa saya ubah


Leave a legacy (tinggalkan kebaikan)

Macan mati meninggalkan belang. Kita mati hendaknya meninggalkan kebaikan. Meninggalkan banyak harta memang baik, tapi belum tentu yang ditinggali memanfaatkannya dengan baik. Salah2 malah jadi maksiat. Jadi meninggalkan harta bisa berarti meninggalkan masalah. Bisa jadi hantu gelisah, deh kita. Kalau begitu tinggalin aja anak cucu, saudara, teman, dan tetangga dengan ’ilmu’ yang bermanfaat, contoh2 sikap dan perilaku hidup yang baik, sehingga kalau kita mati kitapun tetap berguna karena tinggalan2 kita itu.

Well guys, that`s all. Hopefully this contemplation (renungan) will not only make you contemplate, but also make you act. Let’s get the ball rolling (mari kita mulai). All the beginning is difficult, guys. But kang Untung said that we had to start. Remember: our life is getting shorter, and our chance (kesempatan) is getting less (semakin sedikit). Don’t put it off (jangan ditunda).


See you! Nantikan saya di episode “kata-kata mutiara”

by Retno Sulistyaningrum, from Jogja with love!

Tidak ada komentar: