Senin, 27 Oktober 2008

WHAT DO WE LIVE FOR?

Have you ever asked yourself what you live for? Did you find the answer?
Good! For you who haven`t found the answer to that challenging question, please check out the answer. The answer is in an advice. Here it is.
"Life is short, guys, so live, love, learn, and leave a legacy"
Let me try to explain that phylosophical advice in my own words based on my own interpretation (dan pakai BI aja ya, biar jelas)

Live ( hiduplah)

Live your life. Jalanilah hidupmu. Hidup adalah karunia Tuhan kepada kita. Sudah sepantasnyalah kita menyukurinya dengan menjalaninya semampu kita. Bekerjalah supaya kita bisa melangsungkan hidup. Namun janganlah membalik prinsip ini menjadi `hiduplah untuk bekerja'! Prinsip hidup seperti itu menjauhkan kita dari syukur; sebaliknya mendekatkan kita pada kufur.
Practicing life principle like that is very dangerous, guys! Apa bahayanya? Tentu saja kita akan menjadi workoholic dan materialistic. It will become worse (lebih buruk) kalau kita lupa waktu. The worst thing is (Yang paling buruk)

kalau kita lupa diri; lupa bahwa kita adalah diri yang punya keluarga, sanak saudara, dan teman; lupa bahwa kita adalah diri yang ada karena diciptakan dan diberi hidup olehNya untuk mengingatnya dan bersyukur padaNya. In short, sibuk si boleh aja, tapi jangan sampai `lupa'. Jarene wong sing slamet kuwi wong sing tansah eling lan waspodo. Elingo Gustimu lan keluargamu. Para garwa, mangga sami dipun sempataken tilpun utawi sms, sinaosa namung bade ngendiko `Hi sweetheart. I love you. I miss you. I`m thingking about you'.

Love

Love bukan berarti `bercintalah' lho. tapi` mencintailah. Tunjukanlah rasa syukur karena telah diberi hidup dengan mengisi hidup itu untuk mencintaiNya, sesama, dan lingkungan (Habluminalloh, Habluminanas,dan Hablumin lingkungan, ... he.. he..)
Kalau kita menjalankan dan menjaga hubungan2 itu, pasti hidup kita menjadi indah, nggak ada perang, dan bencana karena ulah manusia. Mimpi kali! Paling tidak kita bisa contribute to the piece and harmony of the world.

To be continued ya.

by Retno Sulistyaningrum, from Jogja with love!

Tidak ada komentar: